Mahasiswa UMM Dirikan Bank Sampah di Bendosari Pujon, Jaga Hutan Tetap Bersih

kkn 112 umm

Mahasiswa KKN 112 UMM bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dan Koordinator Wilayah 1 Kecamatan Pujon dirkan bank sampah di Bendosari, Pujon. (Foto: KKN 112 for BATUKITA.com)

BATUKITA, Pujon - Penanganan sampah secara terpadu di era kini bukan hanya penting untuk masyarakat perkotaan. Di pedesaan, penanganan sampah sudah harus mendapatkan perhatian sejak dini. Agar masyarakat pedesaan tidak terlambat membentuk kesadaran tentang kebersihan lingkungan, seperti keterlambatan yang dialami masyarakat perkotaan.

Dasar pemikiran itulah yang mendorong mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menginisiasi pembentukan bank sampah di Desa Bendosari, Pujon, Kabupaten Malang. Bendosari adalah desa yang ada di perbukitan dan dekat dengan hutan dan hulu sungai.

Lewat KKN 112 UMM, mahasiswa melakukan penilaian awal. Dalam penilaian itu, masyarakat Bendosari dinilai kurang sadar dalam membuang sampah pada tempatnya. Sehingga kebiasaan membuang sampah ke sungai, lahan kosong, dan hutan menjadi kebiasaan setempat.

Untuk itulah, mahasiswa menghadirkan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dan Koordinator Wilayah 1 Kecamatan Pujon, Kedua instansi diajak memberikan penyuluhan sekaligus memfasilitasi pembentukan bank sampah.  Lebih dari itu, masyarakat juga diajarkan membuat pupuk organik. Acara digelar  di Balai Desa Bendosari, Pujon, Rabu (24/07/2019).

Pemateri kegiatan adalah Lusiani Ferelia Halim, ST, M.Ling selaku Kepala Seksi Pengurangan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. Lalu ada Elya Daseni sebagai Koordinator Wilayah 1 Bank Sampah wilayah Pujon dan Imam Adi sebagai Direktur Bank Sampah “Senyum” Terpadu 3R (Reuse, Reduce, Recycle).

Materi yang disampaikan antara lain bagaimana cara mengurangi sampah, pembatasan, penimbunan sampah, pendaur ulangan sampah, dan memanfaatkan kembali sampah. Antusiasme warga terlihat dalam sesi ini. Misalnya  warga bertanya "Bagaimana proses sampah organik menjadi berkah?,".

Lusiani sebagai pemateri memaparkan bahwa sampah organik bisa menjadi berkah berwujud pupuk organik. Caranya masukkan sampah organik yang telah dicacah ke dalam drum dan diberi bakteri fermentatif (misalnya EM4). Lalu disimpan selama empat hari. Setiap seminggu dibuka dan diaduk.

Warga juga bertanya bagaimana mengoptimalkan pengumpulan sampah? Elya menjawab langkah pertama perlu dibentuk sekelompok orang yang peduli lingkungan terutama sampah. Lalu dibentuk struktur organisasi untuk mengelolanya seperti ketua, sekretaris, dan bendahara.

Sedangkan Imam mengapresiasi tim KKN 112 UMM yang memprakarsai munculnya organisasi bank sampah. Itu akan menjadi solusi permasalahan lingkungan di Desa Bendosari. Menurutnya pendirian bank sampah menjadi cara terbaik mengubah perilaku individu yang awalnya acuh tak acuh menjadi peduli dengan sampah.

I’anatut Thoifah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing lapangan KKN 112 UMM mengatakan ide kreatif dan inovatif mahasiswa yang peduli lingkungan patut diapreasi. Karena kebersihan adalah cermin dari keimanan. Selain itu kebersihan lingkungan juga memberikan dampak besar.  Salah satunya kesehatan, kenyamanan dalam beraktivitas dan tentunya terhindar dari ancaman banjir.

Ketua BPD Bendosari Ali Ikrom mendukung penuh program pendirian bank sampah. "Semoga masyarakat dan anak-anak karang taruna dapat tersentuh hatinya untuk peduli dengan sampah, terutama sampah plastik. Bapak Imam dan teman-teman KKN 112 yang harus menjadi contoh bagi masyarakat desa," kata Ali.(*)

Penulis: Sylvia Anggraeni Setiawan
Editor: Yosi Arbianto