Evi Ovtiana dan Rani Jambak (kanan) ketika merekam bunyi dan pengambilan video Restore (Foto: Rani Jambak for BATUKITA.com)
BATUKITA.COM- Medan - Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April menjadi pembangkit kesadaran manusia dalam menjaga bumi. Pada 2021 ini, tema yang diusung adalah Restore The Earth (Memulihkan Bumi Kita).
Turut berperan membangkitkan kesadaran itu, seniman dari Amerika dan Indonesia berkolaborasi merilis komposisi musik "suara alam". Kedua seniman itu adalah komposer bunyi-bunyian Rani Jambak dari Indonesia, yang berkolaborasi dengan Lyra Pramuk, vokalis Amerika yang kini berdomisili di Berlin, Jerman.
Komposisi musik alam kolaboratif itu diberi judul "Restore". Komposisi ini diproduksi melalui serangkaian sesi studio digital dan Zoom call. Bekerjasama dengan Goethe-Institut, Jerman, hasil penjualan karya ini sepenuhnya didonasikan untuk kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Sumatera.
Latar belakang budaya dan praktek bermusik kedua seniman yang berbeda bangsa ini menjadi sebuah visi bermusik yang unik.
“Restore” menggabungkan aspek musik tradisional Indonesia dan musik barat. Kompsosi ini dibentuk melalui produksi musik elektronik dengan menampilkan atmosfer suasana alam dan tradisi.
“Karya ini mewakili komitmen bersama kami untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya perusakan lingkungan yang setiap hari berlangsung dan terjadi di bumi kita,” kata Rani Jambak. “Hari Bumi 2021 adalah waktu yang tepat untuk merilis karya ini," lanjut komposer muda yang tinggal di Medan ini.
Baca pula: Rani Jambak Sang Pemburu Bunyi, Koleksi Nada Berisik hingga Goreng Kerupuk
Sementara Lyra Pramuk mengungkapkan, "Kami berharap kolaborasi ini dapat menjadi simbol yang kuat dari potensi musik kontemporer, yang mampu memberdayakan secara lintas budaya dan tradisi yang berbeda, untuk sebuah pesan penyelamatan lingkungan."
Rani menjelaskan mereka berdua berkomitmen. Yakni setiap penjualan single ini pada platform online Bandcamp, akan didonasikan langsung ke Pusat Pendidikan Lingkungan (PPLH) Bohorok. PPLH Bohorok adalah sebuah organisassi nirlaba yang bergerak dalam program pendidikan lingkungan dan pusat konservasi alam, yang berlokasi di Kecamatan Bohorok, Sumatera Utara, Indonesia.
"Pembelian lagu atau donasi dapat dilakukan melalui akun Bandcamp Lyra Pramuk. Minimal donasi yang disalurkan sekaligus sebagai pembelian lagu adalah 1 euro," lanjutnya.
"Melalui karya ini, diharapkan dapat menarik perhatian internasional terhadap misi dan kegiatan Pusat Pendidikan Lingkungan (PPLH) Bohorok. Siapapun di seluruh penjuru dunia dapat membeli karya kami, yang berarti bahwa mereka secara langsung ikut mendukung kegiatan-kegiatan PPLH Bohorok," lanjut Lyra Pramuk.
Komposisi musik alam kolaboratif itu diberi judul "Restore". Komposisi ini diproduksi melalui serangkaian sesi studio digital dan Zoom call. Bekerjasama dengan Goethe-Institut, Jerman, hasil penjualan karya ini sepenuhnya didonasikan untuk kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Sumatera.
Latar belakang budaya dan praktek bermusik kedua seniman yang berbeda bangsa ini menjadi sebuah visi bermusik yang unik.
“Restore” menggabungkan aspek musik tradisional Indonesia dan musik barat. Kompsosi ini dibentuk melalui produksi musik elektronik dengan menampilkan atmosfer suasana alam dan tradisi.
“Karya ini mewakili komitmen bersama kami untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya perusakan lingkungan yang setiap hari berlangsung dan terjadi di bumi kita,” kata Rani Jambak. “Hari Bumi 2021 adalah waktu yang tepat untuk merilis karya ini," lanjut komposer muda yang tinggal di Medan ini.
Baca pula: Rani Jambak Sang Pemburu Bunyi, Koleksi Nada Berisik hingga Goreng Kerupuk
Sementara Lyra Pramuk mengungkapkan, "Kami berharap kolaborasi ini dapat menjadi simbol yang kuat dari potensi musik kontemporer, yang mampu memberdayakan secara lintas budaya dan tradisi yang berbeda, untuk sebuah pesan penyelamatan lingkungan."
Rani menjelaskan mereka berdua berkomitmen. Yakni setiap penjualan single ini pada platform online Bandcamp, akan didonasikan langsung ke Pusat Pendidikan Lingkungan (PPLH) Bohorok. PPLH Bohorok adalah sebuah organisassi nirlaba yang bergerak dalam program pendidikan lingkungan dan pusat konservasi alam, yang berlokasi di Kecamatan Bohorok, Sumatera Utara, Indonesia.
"Pembelian lagu atau donasi dapat dilakukan melalui akun Bandcamp Lyra Pramuk. Minimal donasi yang disalurkan sekaligus sebagai pembelian lagu adalah 1 euro," lanjutnya.
"Melalui karya ini, diharapkan dapat menarik perhatian internasional terhadap misi dan kegiatan Pusat Pendidikan Lingkungan (PPLH) Bohorok. Siapapun di seluruh penjuru dunia dapat membeli karya kami, yang berarti bahwa mereka secara langsung ikut mendukung kegiatan-kegiatan PPLH Bohorok," lanjut Lyra Pramuk.
Lyra Pramuk asal Amerika memadukan klasik, atmosfer pop, praktik pertunjukan, dan budaya klub kontemporer, dalam apa yang disebut sebagai sebagai musik rakyat futuristik. (Foto: Lyra Pramuk for BATUKITA.com)
Dalam melahirkan karya “Restore” diawali proses pengambilan sampling suara instrumen tradisional Sumatera yang dilakukan oleh Rani Jambak, untuk membangun basis pondasi dari komposisi.
Kemudian, Lyra Pramuk merespon dengan mengisi beberapa lapis layer rekaman vokal, dengan berbagai warna suara yang berbeda, untuk membentuk paduan suara alami yang unik.
Dalam lagu ini dapat didengarkan vokal paduan suara yang saling bersahutan, yang kesemuanya merupakan vokal dari Lyra Pramuk. Vokal itu direkam dan diolah kembali dalam lebih dari 40 file audio berbeda. Kemudian disatukan bersama komposisi bunyi dari alat-alat musik tradisional yang telah direkam dan diolah secara digital oleh Rani Jambak.
Adapun bunyi instrumen tradisional Sumatera yang dimainkan dalam lagu ini, antara lain adalah alat musik tiup sampelong dari Sumatera Barat. Lalu ada batu talempong, yaitu batu yang bila dipukul menimbulkan bunyi nada seperti halnya gamelan kuningan.
Suara sampling Batu talempong ini direkam oleh Rani di Nagari (desa) Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Batu talempong sendiri merupakan warisan nenek moyang telah terdaftar sebagai salah satu situs cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, dengan nomor inventaris: 18/BCB-TB/A/10/2007.
Kolaborasi ini terasa seperti hutan yang hidup. “Kami ingin membuat karya musik yang mencerminkan hati kami, yang dapat menunjukkan harapan besar kami terhadap lingkungan dan dedikasi kami terhadap dunia yang sedang dilanda pandemi,” kata Rani.
Hari ini mereka juga merilis video musik untuk lagu yang menyoroti pemandangan alam yang menakjubkan dan kehidupan liar yang ada di ekosistem Leuser. Yang dimaksud ekosistem Leuser adalah hutan hujan tropis seluas 2,6 juta hektar di provinsi Aceh dan Sumatera Utara, Indonesia.
Ekosistem Leuser adalah rumah bagi orangutan Sumatera, spesies yang terancam punah yang memainkan peran penting dalam ekosistem hutan hujan tropis.
Vokalis dan musisi elektronik Amerika ini dikenal dengan karya-karya kolaborasinya bersama Holly Herndon dan Colin Self. Dia baru saja merilis album debutnya yang mendapatkan banyak pujian, yaitu "Fountain", melalui label Iceland's Bedroom Community pada Maret 2020.
Suara dan bunyi harmoni dalam album "Fountain" dibuat sepenuhnya tanpa alat musik, hanya dari suara vokal Lyra Pramuk sendiri, vokal yang dibentuk, diolah, dan diaransemen melalui teknologi digital. Album "Fountain" adalah perjalanan emosional, sensual, dan devosional. Judul ini berasal dari nama keluarganya, Pramuk, yang diterjemahkan dari bahasa Ceko sebagai 'mata air' atau 'air mancur', yang dalam bahasa Inggris yaitu "Fountain."
Ingin dengar komposisi dua wanita berbakat dan berkontribusi untuk lingkungan? Langsung klik link Lyra Pramuk Bandcamp ini.
Kemudian, Lyra Pramuk merespon dengan mengisi beberapa lapis layer rekaman vokal, dengan berbagai warna suara yang berbeda, untuk membentuk paduan suara alami yang unik.
Dalam lagu ini dapat didengarkan vokal paduan suara yang saling bersahutan, yang kesemuanya merupakan vokal dari Lyra Pramuk. Vokal itu direkam dan diolah kembali dalam lebih dari 40 file audio berbeda. Kemudian disatukan bersama komposisi bunyi dari alat-alat musik tradisional yang telah direkam dan diolah secara digital oleh Rani Jambak.
Adapun bunyi instrumen tradisional Sumatera yang dimainkan dalam lagu ini, antara lain adalah alat musik tiup sampelong dari Sumatera Barat. Lalu ada batu talempong, yaitu batu yang bila dipukul menimbulkan bunyi nada seperti halnya gamelan kuningan.
Suara sampling Batu talempong ini direkam oleh Rani di Nagari (desa) Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Batu talempong sendiri merupakan warisan nenek moyang telah terdaftar sebagai salah satu situs cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, dengan nomor inventaris: 18/BCB-TB/A/10/2007.
Kolaborasi ini terasa seperti hutan yang hidup. “Kami ingin membuat karya musik yang mencerminkan hati kami, yang dapat menunjukkan harapan besar kami terhadap lingkungan dan dedikasi kami terhadap dunia yang sedang dilanda pandemi,” kata Rani.
Hari ini mereka juga merilis video musik untuk lagu yang menyoroti pemandangan alam yang menakjubkan dan kehidupan liar yang ada di ekosistem Leuser. Yang dimaksud ekosistem Leuser adalah hutan hujan tropis seluas 2,6 juta hektar di provinsi Aceh dan Sumatera Utara, Indonesia.
Ekosistem Leuser adalah rumah bagi orangutan Sumatera, spesies yang terancam punah yang memainkan peran penting dalam ekosistem hutan hujan tropis.
Sekilas Biografi Lyra Pramuk
Lyra Pramuk memadukan pelatihan klasik, atmosfer pop, praktik pertunjukan, dan budaya klub kontemporer, dalam apa yang disebut sebagai sebagai musik rakyat futuristik.Vokalis dan musisi elektronik Amerika ini dikenal dengan karya-karya kolaborasinya bersama Holly Herndon dan Colin Self. Dia baru saja merilis album debutnya yang mendapatkan banyak pujian, yaitu "Fountain", melalui label Iceland's Bedroom Community pada Maret 2020.
Suara dan bunyi harmoni dalam album "Fountain" dibuat sepenuhnya tanpa alat musik, hanya dari suara vokal Lyra Pramuk sendiri, vokal yang dibentuk, diolah, dan diaransemen melalui teknologi digital. Album "Fountain" adalah perjalanan emosional, sensual, dan devosional. Judul ini berasal dari nama keluarganya, Pramuk, yang diterjemahkan dari bahasa Ceko sebagai 'mata air' atau 'air mancur', yang dalam bahasa Inggris yaitu "Fountain."
Ingin dengar komposisi dua wanita berbakat dan berkontribusi untuk lingkungan? Langsung klik link Lyra Pramuk Bandcamp ini.
Berikut cuplikannya:
Yosi Arbianto