Setelah 23 Tahun, Malang Gempa 6,1 SR

gempa malang 6,1 SR pada 10 april 2021

Gambar yang dipublikasi BMKG tentang informasi gempa Malang 6,1 SR. Sebelumnya BMKG merilis gempa yang sama itu berkekuatan 6,7 SR lalu merevisinya menjadi 6,1 SR (Foto: tangkapan layar BMKG)

BATUKITA.COM-Malang - Gempa bermagnitudo 6,1 Skala Richter (sebelumnya dirilis 6,7 SR) mengguncang wilayah Kabupaten Malang Jawa Timur dan sekitarnya, Sabtu 10 April 2021 pukul 14:00 WIB. Gempa besar dan merusak di Malang sebelumnya terjadi 23 tahun lalu, atau pada 1998, dengan kekuatan 6,3 SR.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis episenter gempa bumi Sabtu siang itu berada di dalam laut. Yakni dengan koordinat 8,95 LS dan 112,48 BT dengan kedalaman 25 kilometer.

Pusat gempa berjarak 95 kilometer barat daya Kabupaten Malang, atau 95 kilometer tenggara  Kabupaten Blitar. Gempa kali ini dirasakan hingga sebagian Jawa Tengah, khususnya bagian selatan.

Pada Minggu pagi sekitar pukul 06:54 WIB, muncul gempa susulan dengan skala 5,5 SR. Pusat gempa dideteksi tidak jauh dari gempa yang pertama, yakni koordinat 8.84 LS dan 112.41 BT dengan kedalaman 98 kilometer.

Kedua gempa itu tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati pada Minggu 11 April 2021 merilis korban meninggal dunia 8 orang (3 di Kabupaten Malang, 5 di Kabupaten Lumajang). Lalu luka ringan 36 orang, luka sedang hingga berat 3 orang.

Sementara itu, dampak kerusakan pemukiman tercatat di 15 kabupaten dan kota wilayah Jawa Timur. Total rumah rusak dengan kategori berbeda berjumlah 1.189 unit, dengan rincian rusak berat (RB) 85 unit, rusak sedang (RS) 250 dan rusak ringan (RR) 854.

Kerusakan juga dialami fasilitas umum (fasum) dengan total kerusakan sejumlah 150 unit.

Dilihat dari peta guncangan dengan skala MMI, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar mengalami intensitas guncangan pada IV MMI.

BPBD Kabupaten Malang melaporkan rumah RR 525 unit, RS 114, RB 57. Sedangkan kerusakan pada fasilitas pendidikan 14 unit, fasilitas kesehatan 8, tempat ibadah 26 dan jembatan 6 titik.

BPBD Kabupaten Blitar melaporkan kerusakan rumah RR 217 unit, RS 85 dan RB 10. Sedangkan kerusakan fasum kantor 9 dan balai desa 3.

Gempa Besar Terakhir Terjadi pada 1998

Dikutip dari Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak 1821–2017 terbitan BMKG, gempa sebenarnya sering terjadi di wilayah Malang setiap tahun. Namun rata-rata di bawah 5 SR. 
 
Untuk gempa besar yang merusak, atau bisa dikatakan di atas 5-6 SR, kejadiannya bisa dihitung jari.

Gempa bumi besar sebelumnya pernah mengguncang wilayah Kabupaten Malang dan sekitarnya pada 28 September 1998 dengan kekuatan 6,3 SR . Episenter gempa ini ada di 8.174 LS dan 112.445 BT, dengan kedalaman 157 km.

Kala itu, satu orang meninggal, 38 rumah hancur dan 62 bangunan lainnya rusak di Malang. Beberapa bangunan dan rumah di Blitar juga rusak.

Sebelumnya lagi, pada 19 Februari 1967, pernah terjadi gempa besar di daerah Dampit dengan kekuatan 6,2 SR kedalaman 80 km.

Episenter gempa terletak pada koordinat 8.5 LS dan 113.5 BT. Akibat gempa itu, di Dampit Kabupaten Malang sejumlah 1.539 bangunan rusak, 14 orang meninggal, 72 orang luka-luka.

Lalu di Gondanglegi korban meninggal 9 orang, luka-luka 49 orang, 119 bangunan hancur, 402 retak-retak dan 5 masjid hancur. Kerusakan juga dilaporkan terjadi di Trenggalek dan sekitarnya.

Lebih lama lagi, yakni gempa besar berkekuatan 6,7 SR mengguncang Malang pada 20 Oktober 1958. Pusat gempa ada di koordinat 9.5 LS dan 112.5 BT.

Akibat gempa ini, 8 orang meninggal, ratusan rumah rusak. Lebih dari itu, tanah-tanah merekah dan longsor di pegunungan.

Prof Adi Susilo, Phd, Koordinator Kelompok Kajian Kebumian dan Mitigasi Bencana, Universitas Brawijaya pernah menganalis.

Gempa bumi di Malang Raya sebagian besar berada di laut dan sekitar gunung api. Adi yang pernah menjadi Pengurus Pusat Himpunan Ahli Geofisika Indonesia ini menilai untuk daerah Malang Raya, sebetulnya sering sekali terjadi gempa bumi.

Untuk suatu titik yang berdekataan, bahkan periodenya bisa sampai 2 tahun walaupun skalanya cukup kecil, kurang dari 5 SR.

Sehingga, khusus untuk daerah Malang Raya, sebaiknya pemerintah tidak jemu-jemunya memberikan pengetahuan mengenai periodisitas gempa serta kesiapan masyarakat untuk menghadapinya. (*)

Yosi Arbianto