Bangun Desa, SDGs Center Universitas Brawijaya Gandeng Prancis

sdgs universitas brawijaya ifi prancis

Direktur IFI (Institut Français Indonesia), Sandra Vivier (tiga dari kanan) bersama Wakil Dekan II FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli, M.Si. (tengah) dan Koordinator SGDs UB, Dr. Muhammad Muzakki, M.Si (tiga dari kiri). (Foto: courtesy SDGs Unibraw for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Kota Malang - Direktur IFI (Institut Français Indonesia), Sandra Vivier, menyambut baik ajakan kerja sama SDGs Center Universitas Brawijaya.

Sinyal positif kerjasama itu diwujudkan dalam bentuk kunjungan Sandra ke Sustainable Development Goals (SDGs) Center UB pada Rabu pagi, 22 Februari 2023.

Kedatangan Sandra merupakan kunjungan balasan setelah pada Senin, 6 Februari 2023, tim SDGs Universitas Brawijaya bertamu ke IFI, Surabaya, Jawa Timur.

Dalam pertemuan di lantai 7 Gedung FISIP UB, Sandra menindaklanjuti pengembangan kerja sama program percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. 

Bentuk konkretnya, salah satunya IFI sebagai mediator antara SDGs Center UB dengan pihak-pihak Prancis. 

"Kita bisa mengembangkan kerja sama untuk program-program percepatan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan, IFI dan SDGs Center UB dengan beberapa lembaga donor internasional,” katanya.

Sebagai pengingat, Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan adalah rencana aksi global yang disepakati para pemimpin dunia, termasuk Indonesia. 

Aksi itu dilakukan guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada 2030.


Kolaborasi  dengan AFD Hingga Kerja Sama Pendidikan

Pada kesempatan itu, Sandra mencontohkan SDGs Center UB dapat bekerjasama dengan AFD (The Agence Française de Développement).

Lembaga AFD ini sudah bekerjasama dengan banyak negara, salah satunya adalah kerja sama Prancis dengan Vietnam.

Khusus terkait kerja sama Prancis-Indonesia, Sandra menjelaskan, dalam pertemuan G-20 antara Presiden Macron dan Jokowi, pemerintah Prancis memberikan bantuan sebesar 250 juta euro. 

Bantuan itu, salah satunya untuk mendukung percepatan program SDGs desa. Misalnya untuk program pengembangan wisata warisan nasional (national heritage tourism).

Sebagai lembaga yang berkomitmen untuk percepatan pencapaian 17 tujuan SDGs, menurut Sandra, AFD fokus pada beberapa program. 

Antara lain, isu perubahan iklim, perdamaian, pendidikan, pembangunan desa, kesehatan, dan pemerintahan. 

Hingga kini, AFD mendukung lebih dari 4.000 proyek yang tersebar di 115 negara. 

"Ini sebagai bentuk komitmen masyarakat Prancis ikut menyukseskan program SDGs, seperti percepatan pembangunan desa,” ungkapnya.

Selain itu, Sandra juga menyinggung potensi kerja sama di bidang pendidikan. IFI dapat menghubungkan Universitas Brawijaya dengan universitas di Prancis dan pusat riset di Prancis. 

Bagi Sandra, Universitas Brawijaya sebagai universitas besar di Indonesia. Sehingga bisa bekerjasama dalam hal pertukaran pelajar, pertukaran dosen. Termasuk dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.


Turut menerima kehadiran Sandra, Wakil Dekan II FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli, M.Si., Koordinator SGDs UB, Dr. Muhammad Muzakki, M.Si. dan sekretaris Dr. Lilik Wahyuni.

Ada pula anggota SDGs Center UB antara lain Redy Eko Prastyo, Akmad Bustanul Arif, Ganecha Yudhistira, Fajaria Menur Widowati, dan Luly Prastuty. 

"Pada prinsipnya, kita sangat senang bisa bekerjasama dengan IFI,” ungkap Dr. Imron.

Sesuai dengan visi dan misi SDGs Center UB, Muzakki menegaskan kerja sama dengan IFI itu lebih disemangati oleh spirit INACOL (Innovation, Acceleration, dan Collaboration).

Spirit itu untuk mempercepat tercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya di wilayah pedesaan Indonesia. 

Terkait kerjasama dengan Prancis, pihaknya fokus ke pembangunan desa. Khususnya mitigasi krisis ekonomi untuk menekan angka kemiskinan. (#)

John