Joyfull Learning Bantu Anak Betah Belajar

pembelajaran menyenangkan

Pembelajatan menyenangkan atau joyfull learning  masih belum diterapkan secara menyeluruh dalam semua jenjang pendidikan di Indonesia (Foto: Intan for BATUKITA.com)

Dalam pelaksanaanya joyfull learning tidak serumit model pembelajaran pada umumnya. Joyfull learning lebih menekankan pada aspek kreativitas siswa, dan mencari kebermaknaan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Joyfull learning merupakan model pembelajaran yang kerap kali diterapkan diberbagai negara maju.  Model pembelajaran ini sangat digemari karena tidak memberatkan para siswa. Hal ini dikarenakan setiap anak dibebaskan untuk berkreasi sesuai dengan kreativitas yang dimilikinya. Sehingga mereka tidak merasa diberatkan dengan banyaknya materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Finlandia negara peraih gelar negara pendidikan no 1 di dunia, merupakan salah satu negara yang menerapan model pembelajaran ini dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Mereka beranggapan bahwa model pembelajaran ini akan membantu anak lebih dekat dengan materi yang diajarkan.

Joyfull learning sangat jarang ditemui pada proses pemebelajaran di Indonesia. model pembelajaran ini dirasa kurang sesuai karena sistem pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan lamanya proses pembelajaran. Joyfull learning dianggap kurang berhasil untuk mencapai tujuan pembelajaran, karena siswa lebih banyak bermain daripada belajar.

Di Indonesia joyfull learning hanya digunakan pada Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD). Dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi model ini sudah dirasa kurang pantas lagi diterapkan dalam proses pembelajaran. Pandangan ini dianggap kurang baik karena model pembelajaran ini memiliki banyak kelebihan yang saling menguntngkan bagi peserta didik dan juga guru.

Sesuai dengan namanya joyfull learning merupakan model pembelajaran yang menyenangkan. Selama proses pembelajaran berlangsung semua kegiatan menjadi menyenangkan dan tidak membosankan, akan tetapi tetap kondusif. Dengan terbangunya suasana yang nyaman dan tidak membosankan maka anak akan merasa  betah selama proses pembelajaran berlangsung.

Kondisi ini bukan berarti membuat peserta didik untuk berbuat semaunya dan tidak menghiraukan materi yang disampaikan, akan tetapi kondisi ini merupakan kondisi dimana para peserta didik merasa nyaman dan tidak terbebani dengan materi yang sedang disampaikan oleh guru.

Metode joyfull learning menjadikan siswa lebih aktif, berpikir kritis dan juga kreatif. Model pembelajaran ini menggiring para siswa untuk lebih aktif karena biasanya dalam model ini terdapat beberapa game yang pendukung materi pembelajaran. Melalui kegiatan game ini para siswa akan terdorong untuk ikut aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam model pembelajaran ini semua pendapat siswa tidak sepenuhnya disalahkan. Guru bertindak sebagai fasilitator yang membuka semua pernyataan dan permasalahan pembelajaran yang dialami oleh siswa.. Hal ini membantu siswa menambah rasa percaya diri dalam hal mengungkapkan pendapat.

Tingginya rasa percaya diri yang dimiliki oleh peserta didik maka akan membantu guru untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Melalui model ini guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan memperoleh benefit dari potensi tersebut.

Model pembelajaran ini tidak terpaku pada prosedur atau langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan di dalam ruang kelas dan hanya disuguhi materi pelajaran yang membebankan siswa. Melalui model pembelajaran ini guru juga dapat menumbuhkan kecintaan serta kepedulian siswa terhadap alam sekitar.

Model pembelajaran joyfull learning hampir tidak memiliki kekurangan dalam penerapannya. Model pemebelajaran ini menguntungkan bagi kedua belah pihak, yakni guru dan siswa. Guru dapat mencapai tujuan pembelajaran secara sempurna dan peserta didik merasa nyaman selama proses pembelajaran.

Model pembelajaran joyfull learning sangat disarankan untuk lebih dikembangakan di Indonesia agar mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya kualitas dan mutu pendidikan maka akan  mendorong  semangat masyarakat untuk mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi,  dan dengan begitu akan membantu Indonesia menjadi negara maju.

Dalam pelaksanaanya joyfull learning tidak serumit model pembelajaran pada umumnya. Joyfull learning lebih menekankan pada aspek kreativitas siswa, dan mencari kebermaknaan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Model ini tidak melulu menuntut siswa untuk menguasai “seabrek” materi pembelajaran yang penuh akan teori. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mempraktekkan model pembelajaran ini. Tujuannya agar model pembelajaran ini memberikan hasil yang sesuai dan meminimalisir terjadinya kesalahan selama proses pembelajaran berlangsung.

 Adapun salah satu hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan model ini adalah guru harus welcome terhadap siswa, sehingga siswa tidak ada yang merasa dirugikan. Guru harus mampu menjadi fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki. Selain itu, guru juga harus menguasai materi yang akan dibahas, karena guru merupakan sumber utama selama proses pembelajran berlangsung.

Guru diharapkan mampu menjawab serentetan pertanyaan siswa, agar siswa juga memiliki motivasi untuk terus mencari informasi-informasi penting terkait materi yang sedang diajarkan.

Selama proses pembelajaran guru juga diminta untuk bersikap ramah dan memberikan perhatian penuh terhadap siswa. Melalui hal tersebut siswa akan merasa lebih dihargai sehingga termotivasi untuk belajar lebih lama dan tidak merasa terbebani selama proses pembelajaran berlangsung.

Sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu menjalankan model pembelajaran ini, karena melalui model pembelajaran ini besar harapannya pendidikan di Indonesia diterima dengan senang hati oleh para siswa, sehingga tidak ada kata enggan lagi bagi siswa untuk belajar. Para siswa akan termotivasi untuk semangat belajar karena pembelajaran yang dilakukan disekolah terasa menyenangkan. Salam Literasi!!

Opini Penulis:
Intan Zuhrotun Nafi’ah, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang