Menanam, Tanda Sebuah Kemajuan Peradaban

manusia prasejarah
llustrasi aktivitas manusia purba di depan gua tempat tinggalnya, digambar oleh Ayi Sacadipura (courtesy geomagz.geologi.esdm.go.id for BATUKITA.com)

BATUKITA-Kota Batu - Perilaku menanam pohon atau tanaman lain adalah wujud dari sebuah kemajuan peradaban manusia. Ditinjau dari segi eko sosio kultural, kegiatan menanam tanaman atau pohon, menjadi penanda apakah sebuah kelompok manusia itu telah maju secara peradaban.

Sejarawan arkeolog Drs Dwi Cahyono menerangkan, di masa prasejarah Indonesia, ada dua pembagian zaman ditinjau dari pendekatan sosial ekonomi. Teori ini dikemukakan oleh R.P. Soeroso pada 1970.

Ia menyatakan zaman prasejarah menurut pendekatan sosial ekonomi dibagi menjadi tiga zaman. Pertama era berburu dan mengumpulkan makanan. Kedua zaman bercocok tanam. Ketiga zaman perundagian (kemampuan teknik).

"Manusia prasejarah yang lebih maju itu adalah manusia yang sudah mengenal menanam atau berbudidaya. Meski kegiatan berburu tetap dilakukan," ungkap Dwi Cahyono, Sabtu 3 Oktober 2020 ketika menanggapi gerakan 1NAMA1POHON yang digelorakan di Kota Wisata Batu.

Pembagian zaman prasejarah berdasarkan pendekatan sosial ekonomi inilah yang akhirnya dipakai untuk periodesasi zaman prasejarah Indonesia. Pembagian model ini lebih cocok karena Indonesia adalah negara agraris.

Dwi menerangkan, selain sebagai penanda kemajuan peradaban manusia, menanam tanaman atau pohon juga punya nilai filosofis tinggi.

Dalam budaya Jawa, nilai filosofis itu tertuang dalam pemberian nama "Wit" (Jawa). Kata "Wit" ini berarti wiwit atau dalam bahasa Indonesia adalah mulanya. Yang dimaksud mulanya ini adalah permulaan sebuah kehidupan.

Oleh karena itu, banyak budaya upacara-upacara ditandai dengan menanam pohon. Atau pada masa Hindu-Buddha, masa tanam selalu diawali dengan upacara-upacara. Ini menunjukkan bahwa menanam (pohon atau tanaman lain) adalah permulaan dari sebuah kehidupan.

Dari hasil menanam itu, manusia bisa hidup, berkembangbiak dan bertahan di bumi.

Dari bahasa kuno sanskerta, muncul kata Kalpataru. Kata "Kalpa" berarti kehidupan dan "Taru" berarti pohon. Kalpataru adalah pohon kehidupan. Ini menguatkan bahwa menanam tanaman atau pohon adalah kegiatan penting untuk kehidupan dan kemajuan peradaban.

"Upacara karo di Tengger itu, sejatinya adalah upacara pembukaan masa tanam. Jadi menanam ini sangat-sangat diagungkan," ungkap Dwi.

Terpisah, Ketua Harian MUI KOta Batu Nurbani Yusuf mengemukakan, menanam pohon dalam ajaran Islam adalah sangat mulia. Karena menanam pohon adalah sebuah sedekah jariyah yang dahsyat bagi mahkluk hidup.

Keberadaan pohon, semuanya bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Oksigen yang diproduksi pohon bisa membuat manusia hidup. Buah yang dihasilkan bisa dimakan oleh manusia dan makhluk kecil serangga, juga burung dan mamalia lain.

Daun yang berguguran juga menjadi santapan mikroorganisme. "Bahkan, saking dahsyatnya sedekah menanam pohon, meski besok kiamat pun, bila ada bibit di tangan kita, kita diperintah untuk menanamnya. Jadi menanam pohon itu luar biasa manfaatnya bagi seluruh alam ini," ungkap petani bunga mawar ini.

Gerakan 1NAMA1POHON

Gerakan 1NAMA1POHON adalah upaya menggugah kepedulian terhadap kondisi alam khususnya Kota Wisata Batu di sela kesibukan berbagai pihak menangani wabah COVID-19.

Gerakan 1NAMA1POHON diinisiatori Among Tani Foundation dan diharapkan dilakukan serentak pada 17 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB. Waktu ini bertepatan dengan Hari Jadi Kota Batu ke-19.

Gerakan ini dikampanyekan kepada setiap individu dan keluarga, swasta atau pemerintah dan komunitas. Baik warga maupun wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisata Batu.

Lokasi penanaman di sekitar rumah, kampung, area kosong di sekitarnya, dengan bersama-sama warga lainnya. Atau di lingkungan usaha bersama para karyawannya.

Setiap orang diharapkan menanam satu pohon milik sendiri yang dinamai nama penanamnya. Atau setiap orang tua juga bisa sedekah menanam pohon lalu menamai pohon itu dengan nama anak-anaknya.

Nama-nama itu bisa digantung atau ditempel di batang pohon dengan bahan yang relatif tahan terhadap cuaca. Bila setiap pohon nantinya akan memiliki identitas penanamnya. Diharapkan tiap individu yang menanam pohon tersebut akan merasa bertanggung jawab dan punya rasa memiliki terhadap pohon itu.

Jenis pohon yang ditanam adalah yang berkayu dan tinggi minimal satu meter. Karakteristik pohon disesuaikan wilayah. Misalnya pohon buah, pohon penghijauan, pohon penahan erosi. Pohon tabebuya bisa menjadi pilihan utama.
 
Baca pula: 1 Nama 1 Pohon Warga Kota Batu untuk Jawa Timur

Selain di sekitar rumah atau instansi, wilayah sasaran gerakan 1NAMA1POHON diutamakan di sempadan Brantas, wilayah sekeliling mata air, area gersang dan tepi jalan raya. Tak menutup kemungkinan ada lokasi lain yang bisa ditanami pohon.

Setelah menanam pohon dan memberi nama penanamnya, pemilik pohon bisa memvideokan dengan durasi maksimal 60 detik.

Video bisa diupload ke akun Instagram, Youtube, TikTok, FB atau medsos lainnya dengan tujuan menggugah kesadaran anggota masyarakat. (*)

Yosi Arbianto