Hari Guru 2020: Sekolah Hibrid hingga Problem Pendidikan Jatim

khofifah hari guru dan HUT PGRI 2020

Gubernur Khofifah Indar Parawansa (tengah) memberikan apresiasi kepada guru dalam Peringatan Hari Guru dan HUT PGRI di Islamic Center, Senin 23 November 2020.(Foto: Pemprov Jatim for BATUKITA.com)

BATUKITA-Surabaya - Pemprov Jatim tengah mematangkan panduan teknis pembelajaran tatap muka yang bakal dimulai Januari 2021 mendatang.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa  ingin memastikan jika  sekolah kembali dibuka  secara menyeluruh, maka harus  ada penyiapan teknis yang menjamin keamanan bagi para siswa dan guru. 

Gubernur perempuan pertama Jawa Timur ini ingin pembelajaran di sekolah saat pandemi tetap aman bagi siswa dan guru. Sehingga kegiatan belajar mengajar bisa dimaksimalkan. 

Penyiapan ini selaras dengan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang menyebut bahwa pembelajaran tatap muka sudah mulai diizinkan mulai Januari 2021 mendatang. 

"Kita berharap persiapan untuk bisa melakukan proses belajar yang lebih masif, sedang kita maksimalkan. Mendikbud memberikan gambaran awal 2021 belajar tatap muka akan sudah dimulai. Maka sekarang kita sudah mulai siap-siap semuanya. Seperti luasan ruang belajar, tempat cuci tangan yang cukup sesuai kapasitas, lamanya proses belajar di sekolah. Lalu teknis pengawalan protokol kesehatan di semua lini dan sebagainya. Semua harus dipastikan siap mengingat kemampuan masing- masing sekolah tidak sama," kata Gubernur Khofifah, usai menghadiri Peringatan Hari Guru di Islamic Center, Senin 23 November 2020.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sekolah. Sekolah yang akan digunakan siswa untuk belajar tatap muka harus seluruhnya disemprot desinfektan. Semua komunitas di sekolah wajib  bermasker dan standart  protkes lainnya harus dipatuhi.

Kemudian kondisi kelas juga diatur agar tempat duduk  siswa menerapkan physical distancing dengan jarak minimal 1 meter. Bahkan, jika memungkinkan bagi  sekolah yang memiliki aula, bisa digunakan nantinya sebagai ruang kelas sementara. 

Meski begitu, Khofifah menegaskan, jika Januari 2021 nanti sekolah kembali dibuka untuk pembelajaran tatap muka, maka tidak berarti seluruh siswa masuk kelas di saat yang sama. 

Regulasinya akan kita detailkan dengan musyawarah yang melibatkan MKKS dan perwakilan kepala sekolah serta wali murid. Tahap awal mungkin masih harus menerapkan sistem sekolah hybrid (blended learning) dengan porsi yang akan disesuaikan.


Yang maksudnya, meski ada sebagian siswa yang sudah boleh sekolah tatap muka, sebagian yang lain bisa melakukan sekolah secara daring dari rumah secara bergantian.

"Sekolah tatap muka juga akan dilakukan dengan kondisi jam belajar yang belum full, kantin belum buka, dan jam belajar tanpa istirahat. Pentahapan tetap dilakukan sampai benar- benar zona hijau semua," tegasnya. 

Sistem teknis sebelum belajar tatap muka di sekolah dimulai itu kini sedang dimatangkan. Sehingga orang tua juga tidak perlu khawatir karena dalam kelas tidak otomatis langsung dibuat penuh siswa. 

Melainkan separo siswa tetap sekolah daring, sampai dilihat seluruh sistem yang diterapkan dalam kurikulum bisa dilaksanakan dengan cara yang komprehensif. 

"Jadi untuk Januari 2021 nanti, kita minta semua dihitung. Kelas dengan diisi siswa berjarak satu meter itu muat berapa. Lalu satu hari sekolah berapa jam, tanpa istirahat, siswa bawa makanan dari rumah. Ini semua harus dihitung kembali sehingga Januari kita sudah punya detailplan," pungkas Khofifah. 

Apresiasi Guru di Tengah Pandemi

Lebih lanjut Gubernur Khofifah menegaskan, selama masa pandemi COVID-19, yang signifikan terdampak adalah kegiatan belajar mengajar. 

Ia mengapresiasi di tengah pandemi, masih banyak prestasi yang diraih Jawa Timur. Prestasi yang baru saja diraih Jatim adalah Juara Umum Kompetisi Sains Nasional. 

Hal tersebut tak lepas dari peran guru yang terus membimbing siswa Jatim untuk terus berprestasi di berbagai level.

"Alhamduillah, dalam kondisi seperti ini, anak-anak kita, siswa-siswi di Jawa Timur, bisa mengukirkan prestasi terbaiknya, salah satunya yang ditunjukkan berupa Provinsi Jawa Timur menjadi juara umum pada ajang Kompetisi Sains Nasional (KSN) tahun 2020,” kata Khofifah. 

Perolehan 70 medali yang terdiri dari 19 medali emas, 24 perak, dan 27 perunggu, telah mewujudkan mimpi dunia pendidikan Jawa Timur untuk menjadi juara umum KSN. Juara itu diraih setelah menunggu 18 tahun sejak aktif mengikuti kompetisi tersebut mulai tahun 2002. 

Tentu saja prestasi sebagai juara umum KSN 2020 ini bukanlah satu- satunya prestasi yang diukir oleh siswa siswi Jatim. Masih ada ratusan prestasi berskala nasional dan internasional yang telah diraih selama 2020 ini.

"Saya meyakini sepenuhnya, bahwa prestasi anak-anak kita tersebut berkat bimbingan dan asuhan para guru yang dengan penuh dedikasi mendampingi anak didiknya. Sehingga mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam berbagai kompetisi,” tambah Khofifah. 

Selain harus berjibaku dengan berbagai dampak dari Pandemi Covid-19 ini, pendidikan di Jawa Timur juga dihadapkan pada permasalahan pendidikan yang harus terus dicarikan solusinya. 

Problem Pendidikan Jawa Timur

Ia menyebutkan  ada  beberapa pekerjaan rumah besar pendidikan di Jawa Timur. Pertama adalah Percepatan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur, yang sampai saat ini masih rangking 15 Nasional dengan nilai 71,50. 

Kemudian juga masih tingginya disparitas (kesenjangan) kualitas pendidikan antar daerah dan antar lembaga. Terutama dalam hal pemenuhan standar-standar pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional. 

"Kondisi ini akan sangat mempengaruhi kualitas lulusan dari masing-masing daerah/lembaga,” tegasnya.

Selain itu juga adanya masalah belum optimalnya kualitas, kuantitas dan sebaran tenaga pendidik/guru. Serta belum optimalnya angka partisipasi pendidikan khusus dan layanan khusus untuk anak penyandang disabilitas. 

Serta yang tak ketinggalan adalah angka siswa melanjutkan ke perguruan tinggi masih rendah. Baru sekitar 32,3 % untuk lulusan SMA, dan 20% untuk SMK yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Oleh karena itu melalui misi Jatim Cerdas yang merupakan bagian dari Nawa Bhakti Satya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki komitmen tinggi terhadap pembangunan pendidikan ini. 

Dalam RAPBD 2021, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah merencanakan anggaran sebesar Rp11,868 triliun untuk membiayai sektor pendidikan. 

Itu artinya setara 51,74 persen anggaran akan digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Jawa Timur. 

Tentu saja di dalamnya termasuk peningkatan kesejahteraan para guru dan tenaga kependidikan. Khususnya untuk 20 ribu lebih Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) serta pengembangan kompetensi guru sesuai dengan tuntutan zaman.

"Oleh karena itu, saya mohon dengan hormat kepada seluruh guru di seluruh penjuru Jawa Timur, untuk berseiring, menata niat, membulatkan tekad dan membangun semangat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Timur. Karena masa depan Jawa Timur berada di tangan anak didik kita. Selamat Hari Guru Nasional 2020, Bangkitkan Semangat Mewujudkan Merdeka Belajar,” pungkas Gubernur Khofifah. (*)

Yosi Arbianto