Habiskan Makananmu, Cara Paling Dasar Menjaga Lingkungan

sampah sisa makanan

Menjaga lingkungan paling mendasar adalah menghabiskan makanan di piring Anda. Karena sampah paling banyak adalah sampah sisa makanan. (Foto: wehatetowaste com for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Kota Batu - Menjaga lingkungan paling mendasar adalah menghabiskan makanan di piring Anda.

Mengapa demikian? Karena sampah paling banyak adalah sampah sisa makanan yang tidak habis dimakan. Sekilas terdengar mengagetkan, namun itulah fakta sebenarnya yang terjadi di Indonesia.

Makanan yang tidak habis dimakan atau tersisa menempati urutan pertama dibanding jenis sampah lainnya. Sampah lainnya misalnya sampah daun/ranting/kayu, sampah kertas/karton, sampah plastik atau sampah logam.

Data komposisi sampah berdasarkan jenis sampah pada 2021 disajikan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian LHK RI.
 
Berdasarkan data itu, sampah sisa makanan sebanyak 28,4 persen; sampah kayu/ranting/daun 12,4 persen; sampah kertas/karton 12,2 persen.

Lalu sampah plastik 16 persen; sampah karet atau kulit 3,5 persen; sampah kain 6,6 persen; sampah kaca 6,4 persen.

Selanjutnya sampah logam 6,9 persen; dan sampah lainnya 7,7 persen.

Komposisi Sampah Berdasarkan JenisSampahSisa MakananKayu/Ranting/DaunKertas/KartonPlastikKaret/KulitKainKacaLogamLainnya28.4%12.4%7.7%6.9%6.4%6.6%16%12.2%
KomposisiNilai
Sisa Makanan47.475
Kayu/Ranting/Daun20.765
Kertas/Karton20.461
Plastik26.702
Karet/Kulit5.832
Kain11.009
Kaca10.695
Logam11.491
Lainnya12.958
Komposisi Sampah Berdasarkan SumberSampahRumah TanggaPerkantoranPasarTradisionalPusatPerniagaanFasilitas PublikKawasanLainnya41.1%6.8%19.3%15.7%
Sumber SampahNilai
Rumah Tangga1,750
Perkantoran288.9
Pasar Tradisional671.1
Pusat Perniagaan824.1
Fasilitas Publik287.6
Kawasan269.9
Lainnya171


Jumlah sampah sisa makanan ini berasal dari aktivitas rumah tangga. Hal itu berbanding lurus dengan sumber sampah yang memenuhi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Berdasarkan data SIPSN di 2021, sumber sampah terbanyak adalah rumah tangga 41,1 persen. Lalu disusul oleh sampah pusat perniagaan 19,3 persen; pasar tradisional 15,7 persen; sampah dari perkantoran 6,8 persen.

Kemudian sampah dari fasilitas publik 6,7 persen; kawasan 6,3 persen; dan dari tempat lainnya 4 persen.

Bisa Menghidupi 125 Juta Jiwa

Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia. Angkanya sekitar 300 kilogram tiap individu per tahun.

Sementara hasil studi Waste4Change, sampah sisa makanan di Indonesia mencapai 184 kilogram per orang per tahun atau total 48 juta ton setahun.

Jumlah makanan yang terbuang tersebut setara dengan memberikan makanan sebanyak 125 juta orang.


Kebiasaan Buruk

Mengapa  sampah sisa makanan sangat banyak? Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan dan perilaku masing-masing individu.

Yakni tidak menghabiskan makanan, kebiasaan makan tidak sesuai porsi makanan. Atau kebiasaan membeli atau memasak makanan yang tidak disukai.

Sampah sisa makanan bertumpuk juga karena gaya hidup dan rasa gengsi bila menghabiskan makanan di depan orang banyak.

Dampak Sisa Makanan Terhadap Lingkungan

Dalam Food Waste dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan (2020) yang diterbitkan CIMSA Universitas Indonesia, dampak sampah makanan bagi lingkungan adalah:

1. Sampah Makanan Hasilkan Gas Metana

Sampah makanan yang terbuang akan menumpuk dan tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ketika makanan mulai membusuk dan terdegradasi, gas metana akan dilepaskan ke lingkungan.

Gas metana ini merupakan salah satu gas rumah kaca yang turut berdampak pada pemanasan global.

2. Bisa Meledakkan Sampah

Akumulasi sampah dan gas metana pada TPA dapat memicu terjadinya bencana ledakan. Hal ini juga bisa menyebabkan longsor yang tentu bisa memakan korban jiwa.

3. Terjadinya Air Lindi

Air lindi berasal dari air hujan. Ketika ada tumpukan sampah, air hujan akan merembes ke dalam tumpukan sampah dan menghasilkan air lindi.

Air lindi sangat berbahaya dan beracun karena mengandung unsur logam berat, seperti timbal, besi, dan tembaga.

Apabila tidak diolah dengan baik, air lindi akan meresap ke tanah dan mencemari air minum.

4. Merusak Keberagaman Makhluk Hidup

Secara tidak langsung sampah makanan dapat merusak ekosistem. Apabila air lindi masuk ke aliran sungai, hal ini bisa merusak ekosistem sungai.

5. Boros Air

Produksi makanan membutuhkan air. Sehingga membuang makanan berarti turut membuang air yang diinvestasikan dalam produksi makanan itu. Yakni air yang dibutuhkan hewan hingga proses agrikultur ketika bercocok tanam.

Membuang 1 kilogram daging sama saja dengan membuang 50.000 liter air yang digunakan dalam produksi daging.

Diketahui juga bahwa 70 persen air di dunia digunakan dalam proses bercocok tanam.

6. Boros Minyak dan Gas Bumi

Proses produksi makanan melibatkan banyak sekali komponen yang mungkin tidak kita sadari. Contohnya ketika bertani, proses membajak sawah menggunakan traktor yang memerlukan bahan bakar minyak bumi. Juga proses transportasi.

Hal ini bisa diasumsikan bahwa ketika kita membuang makanan, kita juga turut menyia-nyiakan minyak bumi yang digunakan dalam proses tersebut.

Dalam proses memasak, juga menggunakan gas atau listrik. Ketika makanan dibuang, maka terjadi pemborosan gas atau listrik.

7. Butuh Lahan Luas

Pengelolaan sampah organik di TPA masih mengandalkan sistem sanitary landfill atau menimbun dan memendam sampah. Dalam waktu lama, sampah akan menumpuk dan tentu memerlukan lahan tambahan sebagai TPA.

Berdasarkan penelitian The Economist Intelligence Unit (EIU) pada 2017, di Indonesia, dari sekitar 75.000 ton sampah yang diproduksi setiap harinya, 69 persen sampah dibuang ke TPA.

Lalu 10 persen sampah terkubur di tanah; 8,5 persen tidak dikelola; 7,5 persen dijadikan kompos dan didaur ulang, dan 5 persen sampah dibakar.

Untuk mengurangi sampah sisa makanan, ada beberapa cara mengacu pada prinsip 3 R sebagai berikut:

Reduce

  • Mengurangi konsumsi makanan instan dengan beralih mengkonsumsi makanan yang diproduksi secara lokal.
  • Membuat perencanaan sebelum membeli sesuatu sehingga dapat berbelanja sesuai kebutuhan.
  • Memasak bahan makanan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak menjadi limbah.
  • Menyimpan makanan dengan baik agar dapat dikonsumsi untuk jangka waktu yang lama.
  • Menghabiskan makanan yang telah diambil di piring.

Reuse

  • Donasi makanan melalui LSM, NGO, atau kegiatan sosial lainnya.
  • Apabila makanan tidak habis, simpan makanan dalam kulkas dan makanan bisa kembali dimakan pada hari berikunya.
 
Baca pula: Pakan Ayam dari Limbah Makanan Sisa, Begini Cara Membuatnya

 

Recycle

  • Pembuatan kompos makanan sisa dengann teknik vermicompost dan black soldier flies.
  • Mengolah sampah makanan dengann biodigester untuk diubah menjadi biogas.
  • Memanfaatkan sampah sisa makanan untuk pakan ternak atau ikan.

Mari mulai saat ini mengurangi sampah sisa makanan, paling mudah adalah menghabiskan makanan yang kita ambil di piring. (#)

Yosi Arbianto