Radio Kayu Gaya Vintage Produk Cianjur, Ada Cerita Tiap Modelnya

radio kayu gaya vintage asal cianjur

Radio kayu gaya vintage terpilih menjadi salah satu suvenir peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 15-16 November 2022. (Foto: courtesy @Helmi Suana Permanahadi for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Cianjur - Kerajinan radio dengan casing kayu menjadi tanda mata andalan Desa Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Radio kayu gaya vintage itu akhirnya terkenal dan terpilih menjadi salah satu kenang-kenangan bagi peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 15-16 November 2022.

Sebelumnya, radio kayu itu menjad official merchandise MotoGP di Mandalika. Termasuk menjadi suvenir resmi Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2022.

Radio casing kayu itu adalah produksi PT Faber Instrument Indonesia. Sebagai founder sekaligus CEO adalah Helmi Suana Permanahadi.

Helmi menjelaskan, untuk menjadi official merchandise KTT G20, pihaknya menawarkan 15 desain radio.

"Setelah dikurasi, menjadi empat model. Adapun empat produk radio kayu itu adalah model Gede Pangrango, Wijaya Kusuma, Joglo, dan Cipanas,” kata Helmi.

Selama proses seleksi G20, Helmi optimistis lolos kurasi. Sebab dalam gelaran Ina Craft 2020, Presiden Joko Widodo menyampaikan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil jika produk radio kayu layak menjadi suvenir G20.

Helmi pun menerima kabar terpilih menjadi 20 UMKM penyedia suvenir G20.

Faber Instrument Indonesia adalah UMKM pengolah limbah kayu yang memulai produksinya pada 2013.

Produk pertamanya adalah gitar akustik dan cajon. UMKM ini kini lebih dikenal dengan produk radio kayunya yang khas, vintage dan kekinian.


Sematkan Cerita di Tiap Model Radio

Faber Instrument Indonesia bermula dari Jalan Wijayakusuma. Helmi berpikir apa yang dia bisa lakukan untuk lingkungannya.

Setelah bertemu Andi dan Ridwan, teman SD, rasa gelisah itu bertransformasi menjadi radio kayu.

Helmi pernah bekerja di pabrik kayu terkenal. Sedangkan Andi dan Ridwan punya pengetahuan elektronik yang memadai. Begitu digabung, lahir radio kayu.

Kata Helmi, ide radio kayu itu datang dari dirinya melihat banyak kayu di Cianjur. Kadang, kayu hanya dibuang. Lebih dalam lagi, Helmi menyukai kayu.

"Sebenarnya, saya ini pencinta kayu. Setiap melihat kayu, muncul pertanyaan, ini bisa dibuat apa. Saya punya perasaan dan visi terhadap kayu. Sebenarnya, semua kayu memiliki naturalisme, jiwanya masing-masing,” jelas Helmi dilansir dari liputan4.

Ia juga menyukai musik. Sehingga, dalam produk radio kayu ini sesungguhnya Helmi sedang melakukan eksplorasi musik.


Sementara tema-tema alam diangkat dalam produk radio kayu karena ingin mengembalikan nuansa masa lalu Cianjur yang sudah hilang.

Menurut Helmi, ada beberapa local wisdom Cianjur yang sudah lenyap. Sekarang dilahirkan kembali dalam format radio kayu.

Dengan radio, kata Helmi, ia hendak mengangkat seni kerajinan Desa Pacet dan Cianjur.

Pertama, Helmi membuat desain bentuk radio, lalu Andi dan Ridwan mengisinya dengan elektronika hingga menjadi radio yang pas. Butuh ketekunan dalam mengerjakannya.

Faber wooden radio vintage punya beberapa model. Misalnya model Wijayakusuma, model gunung Padang, model Cipanas, model Cipendawa, dan banyak lagi. Tiap model punya sejarah dan filosofinya seputar alam Cianjur.

Helmi kemudian merekrut tenaga kerja, yang tidak lain anak Jalan Wijayakusuma. Usahanya telah ikut membuka lapangan kerja baru.

Berkat Forum AJWI (Anak Jalan Wijayakusuma) yang dibentuk Helmi, teman-teman lain membuka usaha distro, dan merekrut tenaga kerja sesama teman mereka.

Menurut Helmi, produk radio kayu AJWI sudah dipasarkan di luar Cianjur, bahkan sudah dikirim ke Jepang dan Malaysia. Helmi juga sering diundang ikut pameran, baik domestik maupun mancanegara.

Radio kayu ini dipasarkan secara online dan offline. Secara online, produk ini sudah masuk di marketplace.

"Secara offline, kami lakukan konsinyasi dengan beberapa pihak, selain ajang pameran. Penjualan kami sudah sampai Jepang dan Malaysia karena dipesan orang. Harga sekitaran Rp 800 ribu ke atas untuk yang mono dan Rp 1,3 juta untuk stereo,” kata Helmi.(#)

John