Terapi Mental dengan Quran dan Asap Peganum Harmala

peganum harmala untuk terapi mental

Cendekiawan muslim di bidang kedokteran, Ibnu Sina, menggunakan tanaman dan biji Peganum harmala yang dibakar (seperti dupa) sebagai bahan terapi mental. Ini adalah tanaman P. harmala (Foto: courtesy adobe stock for  BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Kota Malang - Dunia kedokteran Islam punya contoh terapi gangguan mental lewat metode pengasapan tanaman herbal.

Gangguan mental yang dimaksud misalnya ketidakmampuan mengendalikan emosi, perasaan, dan jiwa, berujung pada amarah dan depresi. Termasuk gangguan mata jahat (Ain). Wanita lebih rentan terhadap gangguan mental.

Cendekiawan muslim di bidang kedokteran, Ibnu Sina, menggunakan tanaman dan biji Peganum harmala yang dibakar (seperti dupa) sebagai bahan terapi mental.

Dalam salah satu karya tulisnya, Ibnu Sina menjelaskan, tanaman Peganum harmala mampu memperbaiki hormon wanita sekaligus dapat menenangkan syaraf.

Demikian disadur BatuKita dari kolumnis Yuhansyah Nurfauzi dalam nuonline, merujuk Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina, Al-Qanun fit-Thibb Book II, Jamia Hamdard, New Delhi, 1998: halaman 166.


Praktik terapi mental dengan pengasapan tanaman Peganum harmala masih diterapkan hingga saat ini oleh masyarakat di daerah Persia, Iran dan Asia Tengah (Kazakstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan).

Peganum harmala adalah tanaman sejenis semak yang dalam bahasa lokal disebut "isiriq" atau "isryk". Dalam bahasa sehari-hari juga disebut Syirian rue.

Biasanya tanaman ini dikeringkan dalam bentuk masih utuh beserta bijinya. Di Tajikistan juga digunakan untuk menenangkan syaraf pada otot-otot.

Berdasarkan Victor Kuete, dalam Toxicological Survey of African Medicinal Plants, 2014, Peganum harmala L. (Pgh) (Zygophyllaceae) umumnya dikenal sebagai “Harmal”.

Tanaman ini berasal dari wilayah timur Iran di barat hingga India. Tumbuh secara spontan di wilayah semi kering dan pra-gurun di tenggara Maroko dan tersebar di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Dalam pengobatan tradisional Maroko, biji tanaman ini digunakan sebagai bubuk, rebusan, maserasi, atau infus untuk demam, diare, aborsi, dan tumor subkutan.
 
terapi dengan peganum harmala
Cendekiawan muslim di bidang kedokteran, Ibnu Sina, menggunakan tanaman dan biji Peganum harmala yang dibakar (seperti dupa) sebagai bahan terapi mental.  Ini adalah biji tanaman P. harmala (Foto: courtesy coaster420 via wikipedia for BATUKITA.com)

Banyak pula digunakan sebagai obat untuk berbagai kondisi kesehatan seperti nyeri rematik, nyeri sendi dan nyeri usus.

Tanaman ini juga digunakan untuk pengobatan asma, penyakit kuning, sakit pinggang, dan banyak penyakit manusia lainnya.

Tanaman ini kaya akan alkaloid β-karbolin seperti harmine, harmaline, harmalol dan turunan harman dan quinazoline seperti vasicine dan vasicinone.

Yuhansyah sebagai pemerhati sejarah kedokteran dan peradaban Islam menjelaskan, di Asia Tengah, praktik terapi pengasapan Peganum harmala dikombinasikan dengan bacaan Al-Quran.

Dalam acara pengajian itu (biasanya kelompok pengajian wanita), ada ulama perempuan yang membacakan Al-Quran. Ruangan yang ditempati diasapi dengan tanaman Peganum harmala.

Asap dalam ruangan itu otomatis terhirup oleh peserta pengajian.

Lalu ada kain dan asesoris milik para hadirin, seperti sapu tangan dan kerudung serta cermin rias yang sengaja diletakkan di ruangan itu.

Setelah acara selesai, kain dan asesoris wanita yang digelar diambil untuk dibawa pulang. Residu asap dan minyak atsiri hasil pembakaran tentu menempel dalam kain dan asesoris tersebut.


Mereka lalu mengenakannya di rumah atau di kesempatan lainnya. Mereka mengharapkan kesehatan jiwa karena kain, kerudung, sapu tangan, asesoris dan cermin itu telah dibacakan doa.

Namun, ternyata, asap yang mengandung minyak atsiri dari tanaman dan biji Peganum harmala yang dibakar masih menempel dan berbau. Hal ini berkontribusi terhadap kesehatan mental ketika terhirup, yakni efek menenangkan.

Oleh karena itu seringkali wanita di Asia Tengah menganggap menghadiri rangkaian acara pengajian menjadi salah satu sarana pengobatan holistik yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Demikian Yuhansyah mencupliknya dari Kandiyoti dan Azimova, 2004, The Communal and The Sacred: Women’s World Ritual in Uzbekistan, The Journal of The Royal Anthropological Institute, Volume 10 Nomor 2, Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland: halaman 327-349.

Anda mau mencoba?(#)

Yosi Arbianto