Dunia Butuh Serat Sisal dari Tanaman Agave

tanaman agave sisalana atau tanaman sisal

Tanaman Agave sisalana. Produsen serat agave terbesar adalah Brazil. Kebutuhan dunia untuk sert sisal bisa mencapai 319.000 ton/tahun. (Foto: courtesy cropshub for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Kota Batu - Kenal serat sisal? Serat sisal adalah serat yang dihasilkan dari tanaman agave. Yakni jenis Agave cantala dan Agave sisalana. Sering juga disebut sebagai serat agave.

Tanaman agave penghasil serat sisal (sisal fiber) punya postur seperti tanaman lidah buaya tapi besar. Daunnya mengelilingi batang utama, berbentuk lidah, dan berduri di ujungnya.

Agave cantala dan Agave sisalana cocok dibudidayakan di tanah kering dan beriklim kering. Sebab tanaman ini tidak tahan genangan air.

Syarat tumbuh dari tanaman Agave cukup mudah. Yakni sinar matahari penuh dengan kelembaban udara 70-80 persen, dan curah hujan rendah 1.000 mm sampai 1.250 mm/tahun. Suhu maksimum27-28 derajat Celcius.

Agave cocok ditanam di tanah lempung berpasir, tanah berbatu, pH tanah antara 5,5-7,5 dan tanah punya kandungan Ca yang cukup.

Serat sisal atau serat agave dihasilkan oleh Brazil sebagai penghasil serat sisal terbesar di dunia. Diikuti China, Kenya, Tanzania, Madagaskar, Indonesia, dan Thailand.

Tanaman sisal di Indonesia dikembangkan di Madura, Malang Selatan, Jember Blitar Selatan, serta di Kabupaten Sumbawa.

Demikian disarikan BatuKita dari Teger Basuki dan Lia Verona dalam Manfaat Serat Sisal dan Bambu untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Modern, Agrika, 2017.


Menurut peneliti Balittas (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat) ini, serat sisal punya kekuatan lebih baik dibanding serat lainnya. Serat sisal juga tahan terhadap kadar garam tinggi.

Tanaman sisal sebagian besar diusahakan di lereng-lereng bukit berkapur dan beriklim kering. Para petani menanam tanaman sisal ditumpangsarikan dengan palawija seperti jagung, kacang tanah, atau kacang kedelai.

Satu tanaman sisal bisa memproduksi sekitar 200-250 daun dan satu daun terdiri atas 1000-1200  bundel serat.

Petani memanen sebagian daun yang ada pada posisi bagian bawah. Setelah 2-3 minggu daun berikutnya (di atasnya) akan dipanen.

Daun bawah dipanen, lalu di bagian pucuk akan muncul daun baru. Begitu seterusnya hingga tanaman batang meninggi.

Mengolah Sisal

Daun yang telah dipanen dikumpulkan. Lalu dengan alat penyerat sederhana, serat sisal dipisahkan dari daunnya.

Lalu ada cairan daun yang dapat dijadikan bahan baku sampo setelah mengalami proses lebih lanjut.
 
serat sisal
Tanaman Agave sisalana. adalah  penghasil serat seperti pada gambar. Ini adalah serat yang sedang dikeringkan. (Foto: courtesy imago-images for BATUKITA.com)

Menurut Masnun (2013), air ampas dari daun sisal dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik.

Sejumlah 92 ton pelepah per tahun di Sumbawa Barat diolah menjadi serat. Rendemen seratnya mencapai 5 persen.

Sedangan sisa dari hasil penyeratan yang mengandung selulosa tinggi diolah melalui proses fermentasi untuk menghasilkan bioetanol dan biogas.

Kandungan selulosa tanaman sisal sebesar 70 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman serat lainnya.


Pasar Serat Sisal

Sebagian besar serat sisal dikirim ke Jakarta untuk dibuat tali tambang, campuran karpet, kuas, keset, sapu, dan sebagainya.

Beberapa pedagang pengumpul serat sisal di Kabupaten Sumenep, Madura , menyatakan bahwa kebutuhan serat sisal sangat banyak.

Seorang pedagang pengumpul menyatakan setiap dua bulan ia dapat mengumpulkan serat sisal yang dibeli dari petani atau pedagang kecil sebanyak empat sampai lima truk untuk dijual ke Jakarta. Satu truk berisi sekitar 6-8 ton serat sisal.

Indonesia menghasilkan serat sisal sejumlah 500 ton/tahun (Ballitas, 2015). Lalu 450 ton rata-rata per tahun dalam kurun waktu 1996-2000 (Anonim, 2004 dalam Santoso, 2009).

Industri dalam negeri memanfaatkan sisal untuk pembungkus kabel, karung, geotekstil dan jala ikan.

Kebutuhan serat sisal untuk tali kapal laut pada salah satu industri di Jawa Barat mencapai 20-30 ton/bulan.

Selain itu di Tulungagung untuk industri kerajinan keset, sapu, dan sikat yang di pasok dari Blitar selatan
berupa serat kering Grade A mencapai 10 ton/bulan dengan harga Rp 5.000/kg.
 
Kebutuhan dunia terhadap serat agave (A. sisalana L. dan A. cantala L.) mencapai 319.000 ton/tahun. Produksi serat sisal dari berbagai negara penghasil serat di dunia hanya mencapai 281.800 ton/tahun (Anonim, 2014).

Jumlah produksi itu, 113.000 ton/tahun berasal dari Brazil (Kusno, 2010).

Di India, industri kendaraan telah menggunakan komposit serat sisal karena sifatnya yang 10 persen lebih ringan, hemat energi produksi hingga 80 persen dan hemat biaya hingga 5 persen.(#)

Yosi Arbianto