KH Miftahul Akhyar: Nafsu Akar Keruwetan Manusia

kh miftahul akhyar

Akar keruwetan dan masalah manusia di muka bumi adalah menuruti dan rela dikontrol oleh hawa nafsu. Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar. (Foto: courtesy wikipedia for  BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Jakarta - Akar keruwetan dan masalah manusia di muka bumi adalah menuruti dan rela dikontrol oleh hawa nafsu.

Hawa nafsu tersebut selalu diawali dengan kata "ingin". Misalnya nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, ingin kaya, ingin makan, ingin birahi, dan banyak lainnya.

Demikian ditegaskan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar, ketika menyampaikan taushiyah pada Harlah ke-78 Muslimat NU, di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu 20 Januari 2024.

Dilansir BatuKita dari nuonline, KH Miftahul mengutarakan, sebagai manusia berakal dan memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman, kaum muslimin seharusnya yang mengontrol hawa nafsu. Bukan sebaliknya, jadi budak hawa nafsu.

"Hawa nafsu biang kerok dari keruwetan, segala ketidaktaatan," tegas KH Miftahul.

KH Miftahul mengatakan, hawa nafsu yang tidak terkendali jadi pokok dan dasar dari kemaksiatan atau penentangan kepada Sang Khaliq.

Hawa nafsu yang liar juga awal dari segala lupa. Dengan tidak bisa menjaga diri dan mengontrol syahwat, sama halnya dengan rela dan ridho dikontrol oleh hawa nafsunya, ambisinya, syahwatnya.

"Ini merupakan asal pokok dari segala kemaksiatan dan lupa atas jati diri," imbuh KH Miftahul Akhyar.


Hawa nafsu yang tidak terkontrol secara baik, akan menciptakan ambisi yang menggebu-gebu untuk mencapai tujuannya.

Terkadang demi menuruti kemauan hawa nafsu yang liar, seseorang menghalalkan segala cara.

Manusia, kata KH Miftahul, khususnya Muslimat NU yang terdiri dari ibu-ibu harus bisa mengendalikan diri karena ibu tiang negara. Semua manusia terbaik, khususnya Rasulullah, lahir dari seorang perempuan.

Perempuan ibarat madrasah, tempat penggemblengan, tempat menempa calon pemimpin yang baik.

Dari ibu-ibu inilah lahir para pemimpin. Kemudian lahirlah sebuah masyarakat yang baik. Dari masyarakat yang baik maka lahirlah sebuah negara baik. Semua itu atas jasa-jasanya para ibu semua.

"Kebalikan, jika bisa mengontrol hawa nafsu, tidak dikendalikan hawa nafsu. Maka akan timbul sikap ketundukan pada Tuhan, ketaatan, menghormati, baik pada pimpinan pemerintahan atau sesama karena tidak mau dikontrol nafsunya," tandas KH Miftahul. (#)

Yosi Arbianto