Dwi Rizky Septiani, Jawara Gulat Wanita dari Kota Batu

dwi rizky septiani
Atlet gulat putri andalan dari Kota Batu Dwi Rizki Septiani (kiri) bersama pelatihnya (Foto: BATUKITA.com)

BATUKITA, Kota Batu - Namanya Dwi Rizky Septiani. Atlet gulat wanita ini terdaftar di Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) Kota Batu. Meski baru terjun di olahraga adu fisik ini, ia telah memeroleh emas dalam Kejurprov Gulat Jatim Pemula dan Pelajar, pertengahan Mei 2018. Kejuaraan gulat tersebut diselenggarakan di GOR Gajah Mada Kota Batu. 

Dwi, sapaan akrab Dwi Rizky Septiani, meraih juara satu di kelas 61 kilogram. Ia memberikan yang terbaik untuk Kota Batu di level kejurprov. "Dapat medali emas. Perorangan tingkat provinsi. Ya, pegulat wanita pertama di Kota Batu," kata Dwi dengan hati senang.

Dwi mengaku tidak gentar menghadapi lawan yang lebih senior dan kenyang pengalaman. Baginya, gulat sudah mendarah daging. Untuk itu siapa pun lawannya, ia siap menjatuhkannya di atas ring arena.

Apa upaya meminimalisir rasa keder saat bertarung? Lulusan TK Muslimat NU Pronojiwo Lumajang ini sering melakukan ritual doa dan bersujud di pinggir matras saat hendak berlaga menghadapi lawannya. "Berdoa dan bersujud tiap kali mau tanding. Biar tenang dan tidak grogi," ujar remaja yang lahir pada 26 September 2003.

Jatuh hati pada dunia bantingan sudah lama ia kenal. Yakni sejak ia masih duduk di bangku SD Tamanayu 03 Lumajang. Dwi bercerita, ia banyak bergaul dengan teman sebaya, terutama cowok. Selain itu, dunia laki-laki dinilai tidak ribet seperti kepribadian dunia cewek.

Pada awalnya, remaja berzodiak libra ini acap kali ditegur kedua orangtuanya, Carianto (ayah) dan Supatmiati (ibu). Orang tuanya menyarankan agar ia berperilaku layaknya seorang wanita. Tatkala memasuki sekolah SMP Negeri 01 Pronojiwo Lumajang, ia berusaha mengambil ekstrakurikuler menari. Layaknya teman - teman perempuan lain.

Namun, Dwi merasa canggung dan merasa tidak bisa melenturkan persendian saat menari dengan lemah gemulai. Akhirnya, anak nomor dua dari tiga saudara ini pun memutuskan berhenti dari seni lenggak-lenggok badan.

Di saat bersamaan adik kandungnya, Saeful Anwar, mengikuti latihan gulat pada sang guru Rujum di kampungnya. Dwi pun ikut. Di tangan dingin sang pelatih, remaja yang menyukai makanan rujak ini pun diajari teknik membanting dengan benar. Singkat cerita, ia terus berlatih dan mendapat dukungan penuh dari kedua orang tua.

Restu orang tua pun membakar semangat sehingga skill-nya bertambah. Keluarga sadar tidak ada paksaan dalam memilih dan menambah keahlian lain buat anak mereka.

Sebaliknya Dwi pun harus paham. Bahwa mengukir prestasi sejak kecil bagai mengukir di atas batu. 
Ia pun berkomitmen menempatkan prestasi di atas segalanya. Dukungan dari orangtua tentu harus dimaksimalkan. Ia harus fokus untuk bisa naik podium guna membahagiakan kedua orangtuanya. Ia pun terus berlatih keras.

"Saya emang tomboi. Sejak SD suka bermain sama cowok. Malah ndak suka kumpul sama cewek. Mau naik kelas 3 SMP sempat menari, karena bukan hobi jadinya, ya, kaku. Pilih jadi pegulat," tegas remaja yang memiliki tinggi badan 161 centimeter ini.

Walhasil, di sasana tanpa nama, remaja dengan berat badan 61 kilogram ini pun diajari teknik gulat secara total. Di antaranya dasar bantingan, susupan (ambilan kaki lawan), sparing dan mengamati posisi kaki lawan. Lalu, teknis bertahan. "Memang ndak puas kalau ndak memukul, tapi di gulat tidak boleh. Puas tatkala lawan jatuh dan bunyi keras, pek. Plus nilai besar," kelakar siswi kelas X IPA 3 di SMAN 2 Kota Batu.

Namanya juga pertandingan, tentu ada kalah dan menang. Dwi pun mengalaminya. Ia pernah merasakan pahit getirnya dunia gulat. Ia ingat awal bertanding kena banting saat melawan perwakilan dari Banten yang dinilai lebih senior dan memiliki jam terbang lebih tinggi. "Pernah kena banting saat lawan dari Banten. Ya karena pertama kali turun dan lawan lebih senior. Tapi, saya ndak kapok. Buat pelajaran dan lecutan untuk terus belajar lagi," janjinya.

Ke depan, remaja yang bercita-cita menjadi personel TNI AD ini terus melakukan latihan ekstra dan membagi waktu untuk menyelesaikan sekolah di SMAN 2 Kota Batu. Ia ingin selain bisa lulus dengan nilai bagus, juga bisa berprestasi di bidang gulat.

Untuk latihan, dilakukan  seminggu penuh, Senin sampai Sabtu. Latihan dilakukan sore hari. Ia bersama pelatih memanajemen latihan matras. Lalu mulai sparing, latihan beragam teknik- teknik bantingan, dan mengevaluasi hasil dan target.

Dwi mengisi waktu luang di pagi hari dengan training besi, meliputi berlatih barbel dan kaki besi.  ”Alhamdulillah bisa membanggakan orangtua. Latihan terus dengan maksimal biar jadi atlet nasional dan internasional," pungkas atlet yang kini di bawah asuhan pelatih Rully dari PGSI KONI Kota Batu.(*)

Penulis: Muklas
Editor: Yosi Arbianto