Banjir Lumpur di Sumber Brantas Kota Batu, Tengok Tren Alih Guna Lahan

banjir sumber brantas kota batu

Petugas BPBD Kota Batu mengeruk material lumpur di Jalan Raya Sumber Brantas menggunakan bulldozer, Jumat  9 April 2021 dini hari (Foto: Instagram @bpbd.kotabatu)

BATUKITA.COM-Kota Batu - Wilayah Desa Sumber Brantas, Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur dilanda banjir lumpur pasca hujan deras yang mengguyur wilayah itu, Kamis malam, 8 April 2021.

Sedikitnya dua dusun terdampak langsung banjir lumpur yang diestimasi setinggi 10-40 centimeter itu. Yakni Dusun Lemah Putih dan Dusun Jurangkuali.

Selain itu, tiga titik jalan raya sempat tak bisa dilalui kendaraan roda empat karena tertutup lumpur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu mendata ada sembilan (9) rumah kemasukan lumpur. Tidak ada korban jiwa dalam bencana itu.

Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, mengatakan banjir terjadi selama dua jam. Air meluap dari saluran drainase dan membawa material sampah, batu dan tanah.

Berdasarkan data BPBD, Jalan Raya Sumber Brantas yang tertimbun material lumpur ada di tiga titik.  Pertama depan sebuah minimarket dengan panjang kira-kira 120 meter dan ketebalan mencapai 30 centimeter.

Kedua material lumpur menumpuk di dekat makam Mbah Liung, sebelah barat Masjid Besar Sumber Brantas. Material lumpur kira-kira sepanjang 60 meter dengan ketebalan sekitar lumpur 30 centimeter.

Ketiga titik jalan di sekitar Bon 1 dengan material lumpur panjang 60 meter dan ketebalan lumpur 30 cm.

BPBD juga mencatat beberapa warga yang rumahnya kemasukan lumpur mengungsi ke kerabatnya hingga pembersihan material lumpur selesai.

Pada Jumat, 9 April 2021 pukul 05.00 WIB, tim BPBD Kota Batu, PMK, aparat TNI/Polri serta warga telah selesai melaksanakan pembersihan material lumpur di tiga titik jalan. Sehingga jalan bisa bisa kembali dilalui kendaraan. Untuk diketahui, jalan raya Sumber Brantas menghubungkan Kota Batu dan Kabupaten Mojokerto.  Jalan ini menjadi jalan alternatif ketika jalan utama Surabaya-Malang terkendala atau macet.

Tren Alih Guna (Fungsi) Lahan Terus Meningkat

Pada umumnya, pengelolaan lahan pada bagian hulu sungai merupakan faktor utama penyebab terjadinya banjir. Bagian hulu sungai merupakan wilayah yang seharusnya diperuntukkan sebagai wilayah serapan.

Demikian dikutip dari Adimas Putro Utomo, Didik Suprayogo, Sudarto dalam Estimasi Sebaran Daerah Rawan Banjir Bandang sub DAS Sumber Brantas Kota Batu: Aplikasi Model Genriver & Sistem Informasi Geografi.

Pada saat ini, alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian sangat banyak terjadi.  Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi lahan dan fungsi ekologi. Kerusakan itu antara lain tidak adanya wilayah resapan dan sedimentasi pada dasar sungai. Kerusakan ini dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir yang berdampak negatif bagi warga dan lingkungan sekitarnya.

Penelitian sub DAS Sumber Brantas yang dimuat dalam Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol1 No2:01-14, 2014 itu, menunjukkan perubahan penutupan lahan tahun 2002 dan 2006.  Data 15 tahun lalu ini sudah menunjukkan tren alih fungsi lahan yang sangat masif di wilayah Sub DAS Sumber Brantas.

Total luasan hutan  alami  mencapai  1.629  ha  pada 2002. Hutan  alami  pada  2006  sebesar 1.377 ha. Data itu menunjukkan lahan hutan alami ini mengalami penurunan sebesar 252 ha  atau mengalami penurunan 15 persen.
 
Untuk penggunaan lahan hutan produksi berbasis pohon, pada 2002 luas area 1.656 ha dan mengalami penurunan 4 persen pada 2006 menjadi 1.595 ha.

Penggunaan lahan kebun mengalami peningkatan sebesar 256 ha atau sebesar 9 persen menjadi 3.185 ha pada 2006 dari sebelumnya 2.928 ha pada 2002. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat Kota Batu yang meningkat.  

Tegalan pada 2002 seluas 2.298 ha dan pada  2006 seluas 3.496 ha.  Untuk 2006 tegalan mengalami peningkatan luasan sebesar  1.198  ha (52  persen).

Peningkatan luasan juga terjadi pada lahan terbuka, dimana pada 2002 luas lahan terbuka adalah 26  ha dan pada  2006 seluas 95 ha. Terjadi peningkatan luasan lahan terbuka sebesar 69 ha atau 268  persen.  

Pada 2002, luasan lahan sawah mencapai 672 ha dan pada 2006 mengalami penurunan sebesar 403 ha (60  %)  menjadi  269  ha.

Semak belukar mengalami peningkatan luasan sebesar 661 ha (18  %) dari  3.742  ha menjadi  4.404  ha pada 2006.  Peningkatan luasan semak belukar ini disebabkan karena terdapat lahan kebun/tegalan yang sudah tidak digunakan lagi.  Sehingga ditumbuhi oleh semak belukar.

Peningkatan jumlah penduduk juga berakibat pada peningkatan luasan wilayah untuk bermukim. Pada 2002 pemukiman memiliki luas 975 ha lalu meningkat menjadi 1.255 ha pada 2006. Lahan pemukiman mengalami peningkatan sebesar 280 ha atau 29 persen.

Area Rawan Banjir Bandang

Sementara itu, secara keseluruhan luasan daerah rawan banjir bandang berdasarkan area sungai rawan banjir bandang sebesar 202,23 ha.   

Daerah rawan banjir bandang tersebar di 4 kecamatan. Yaitu Kecamatan Batu sebesar 29,39  ha, Kecamatan Bumiaji sebesar  164,43 ha. Lalu Kecamatan Junrejo sebesar 6,08  ha dan Kecamatan Pujon sebesar 2,43 ha.
 
banjir lumpur sumber brantas kota batu

Material lumpur yang diperkirakan setebal 30 centimeter menutup Jalan Raya Sumber Brantas, Kamis 8 April 2021 malam (Foto: Instagram @bpbd.kotabatu)

Daerah rawan banjir bandang terluas terletak di wilayah Kecamatan Bumiaji, yaitu 164,43 ha.  Hal  ini  disebabkan kondisi kelerengan pada wilayah ini memiliki luasan kelerengan datar sebesar 1489,57  ha.

Selain itu kondisi ini juga disebabkan karena Kecamatan Bumiaji terletak pada kawasan yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2300-3000 mm/tahun dengan luasan sebesar 2448,79 ha. (*)

Yosi Arbianto