Mau Tahun Baru Selain 1 Januari, Simak Tanggalnya

tahun baru versi lain

Perayaan tahun baru di dunia ini bukan hanya jatuh pada setiap 1 Januari. Ada yang jatuh Februari, Maret, April bahkan bulan kesepuluh. (Foto: courtesy ccpixs com for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Kota Batu - Perayaan tahun baru di dunia ini bukan hanya jatuh pada setiap 1 Januari.

Tahun baru 1 Januari adalah versi penanggalan atau kalender Masehi atau Gregorian.

Tahun baru pada 1 Januari disepakati mulai dari Eropa pada 1 Januari 1622. Sebelumnya tanggal tahun baru di setiap negara Eropa beragam.

Di luar 1 Januari,  saat ini masih banyak tahun baru lain yang dirayakan . Tahun-tahun baru lainnya ini dianut di beberapa negara dan bangsa.

BatuKita merangkum beberapa versi tahun baru berdasarkan kalender yang masih ada di dunia ini.


1. Kalender Gregorian/Masehi (2023)

Kalender Gregorius atau Kalender Gregorian (Masehi) adalah kalender yang sekarang paling banyak dipakai. Tahun barunya setiap 1 Januari.

Yang pertama kali mengusulkannya ialah Dr Aloysius Lilius dari Napoli-Italia, dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII, pada 24 Februari 1582.

Kelender ini merupakan modifikasi kalender Julius/Julian yang dipakai Julius Caesar semenjak tahun 45 SM.

Penanggalan tahun kalender ini, berdasarkan tahun Masehi. Yakni penanggalan yang dihitung sejak kelahiran Yesus.

Penanggalan Gregorian/Masehi berdasarkan revolusi bumi mengelilingi matahari. Jumlah hari dalam satu tahun adalah 365 dan tahun kabisat 366 hari.


2. Kalender Jawa (1956–1957)

Penanggalan Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram dan daerah yang mendapat pengaruhnya.

Kalender Jawa berbasis lunar atau periode bulan mengelilingi bumi. Tahun baru jatuh pada 1 Suro.

Penanggalan ini memiliki keistimewaan. Yakni memadukan sistem penanggalan Islam, penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.

Pada 1633 Masehi (1555 Saka), Sultan Agung dari Mataram mengeluarkan dekrit yang mengganti penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari, dengan sistem kalender kamariah atau lunar (berbasis perputaran bulan).

Uniknya, angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1043 H).

Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan, sehingga tahun saat itu 1555 Saka diteruskan menjadi tahun 1555 Jawa.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari. Pertama siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu).

Kedua siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).


3. Kalender Islam (Hijriah 1444–1445)

Kalender Hijriah merupakan kalender berbasis lunar (periode bulan mengelilingi bumi).

Tahun pertamanya dihitung dari saat Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, pada tahun 622 Masehi.

Tahun barunya dimulai setiap tanggal 1 Muharam. Dalam setahun ada 12 bulan sesuai dengan Al Quran surat At Taubah(9) ayat 36.

Kalender Hijriah dimulai sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab pada 638 Masehi atau 17 Hijriah.

Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat.

Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut, atau ketika memasuki waktu Maghrib.


4. Kalender Korea (4356)

Kalender tradisional Korea adalah kalender sistem lunisolar. Yakni sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama, namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya.

Kalender Korea berinduk pada kalender Tionghoa. Sebab hingga akhir abad ke-19, Korea masih berupa kerajaan pembayar upeti ke Tiongkok.

Saat itu setiap tahunnya penguasa Korea menerima secara hormat kalender Tionghoa yang baru dari Kaisar Tiongkok.

Perhitungan tahun kalender tradisional Korea dimulai dari tahun 2333 SM yang merupakan tahun pendirian kerajaan Gojoseon oleh Dangun.

Tahun baru kalender Korea sama dengan Tahun Baru Tionghoa alias Imlek.


5. Kalender Tionghoa (2574)

Kalender Tionghoa adalah kalender sistem lunisolar, yakni kombinasi perjalanan bulan dan revoluasi matahari). Kalender Tionghoa induk dari kalender Korea, Jepang, kalender Mongol, dan Tibet.

Tahun baru Tionghoa disebut Tahun Baru Imlek yang jatuh setiap tanggal 1 bulan ke-1 (Cia Gwee). Pada penanggalan Masehi, tangalnya berubah-ubah. Biasanya sekitar Januari-Februari.

Kalender Tionghoa memulai hari pada pukul 23:00 dan bukan pukul 00:00 (tengah malam).

Terdapat 12 bulan dalam 1 tahun, tetapi setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (19 tahun ada 7 kali bulan ganda).


6. Kalender Saka Bali (1944–1945)

Kalender Saka Bali dipakai orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Kalender Bali termasuk unik. Karena menganut penanggalan "konvensi" alias kompromi, tidak mutlak astronomis seperti kalender Hijriyah.

Kalender Saka Bali tidak sama dengan Kalender Saka dari India. Kalender Saka Bali sudah dimodifikasi dan diberi tambahan elemen-elemen lokal.

Kalender Saka Bali menggunakan sistem lunisolar atau kombinasi bulan dan matahari.

Dalam kompromi sudah disepakati bahwa: 1 hari candra (bulan) = 1 hari surya (matahari).

Kenyataannya 1 hari candra tidak sama dengan panjang dari 1 hari surya.

Untuk itu setiap 63 hari (9 wuku) ditetapkan satu hari-surya yang nilainya sama dengan dua hari-candra. Hari ini dinamakan pangunalatri.

Tahun baru bagi Kalender Saka Bali diperingati sebagai Hari Raya Nyepi. Menariknya, tahun baru bukan pada sasih (bulan) pertama (bulan pertama disebut Kasa), tetapi pada sasih kesepuluh (Kadasa). Biasanya sekitar Maret-April pada tahun masehi.

Idealnya tahun baru jatuh pada tanggal 1. Namun pada 1993, Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 2, diundur 1 hari.

Itu karena pada tanggal 1 tahun 1993 bertepatan dengan pangunalatri dengan panglong 15 sasih kasanga. Inilah salah satu kompromi yang dimaksud dalam Kalender Saka Bali.

Sejak hari raya Nyepi pada bulan kesepuluh, angka tahun Saka bertambah 1 tahun. Sehingga bulan kesebelas dan keduabelas hingga masuk lagi bulan satu, tahunnya sudah mengikuti.(#)

John