Atasi Kelaparan, Warga Sri Langka Makan Nangka

buah nangka atasi kelaparan

Buah nangka menjadi bahan pangan berharga sekaligus penyelamat bagi warga Sri Langka yang mengalami krisis ekonomi parah sejak 2022. (Foto: courtesy clevelandclinic org for BATUKITA.com)

BATUKITA.COM-Sri Langka - Buah nangka menjadi bahan pangan berharga sekaligus penyelamat bagi warga Sri Langka yang mengalami krisis ekonomi parah sejak 2022.

Buah nangka itu dikukus untuk disajikan sebagai makanan sehari-hari. 

"Pohon nangka membuat ratusan ribu orang seperti kami tetap hidup. Pohon ini telah menyelamatkan kami dari kelaparan,” kata Karuppaiya Kumar, ayah tiga anak di Sri Lanka yang berprofesi sebagai buruh harian.

Nangka dulunya "dibiarkan membusuk" di tanah, kata Karuppaiya. Nangka pernah diremehkan dan dijual murah, kira-kira seharga Rp14.500 untuk berat 15 kg. Namun saat krisis, buah ini menjadi penyelamat.

"Satu panci nangka kukus cukup untuk menghidupi kami berlima sepanjang hari," katanya.

Karuppaiya mendapatkannya melalui 'kesepakatan' yang unik dengan tetangganya karena dia tidak memiliki pohon nangka di lahannya.

"Saya tidak pernah meminta dibayar untuk memanjat pohon nangka dan memetik buahnya, bahkan jika orang lain bersedia membayar sekalipun. Saya lebih memilih membawa pulang salah satu nangka itu.”

"Sebelum krisis ekonomi, siapa pun bisa membeli nasi atau sepotong roti. Tapi sekarang, karena harga pangan naik, banyak orang memakan nangka hampir setiap hari,” sambung pria berusia 40 tahun itu, , dilansir BatuKita dari BBC.


Hampir sepertiga penduduk Sri Lanka kesulitan mendapatkan bahan pangan. Setiap keluarga terpaksa menghabiskan lebih dari 70 persen pendapatan mereka untuk makanan.

"Kami telah mengurangi porsi makanan kami menjadi dua (kali sehari) dari sebelumnya tiga kali. Harga satu tabung gas juga naik," kata Nadeeka Perera, 42, ibu dari tiga anak.

"Harga satu tabung gas naik lebih dari dua kali lipat sehingga satu-satunya pilihan yang tersisa adalah memasak secara tradisional," tambahnya sambil menyeka air mata, saat asap dari arang untuk memasak mengepul di sekelilingnya.

Pendapatan masyarakat menurun, sedangkan harga pangan melonjak sejak Sri Lanka lumpuh akibat krisis keuangan terburuk pada 2022.

Setelah berbulan-bulan listrik kerap padam dan negara itu kehabisan bahan bakar, orang-orang menggerebek kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaska pada 9 Juli 2022. Presiden Rajapaksa berujung melarikan diri.

Sejak saat itu, pemerintah Sri Lanka berhasil merundingkan bantuan keuangan dari IMF. Namun tingkat kemiskinan meningkat dua kali lipat.


Nadeeka tinggal di sebuah rumah dengan dua kamar tidur di Kolombo bersama suami dan anak-anaknya.

Sebagai mantan juara dua di kejuaraan karambol nasional, dia mengalami kesulitan keuangan. Padahal, karambol adalah olahraga yang populer di Asia.

Nadeeka tidak lagi menghasilkan uang dari pekerjaannya sebagai wasit. Suaminya kini menjadi sopir taksi untuk mencari nafkah.

“Kami tidak mampu membeli daging atau telur lagi karena harganya melonjak enam kali lipat. Anak-anak juga sering bolos sekolah karena ongkos bus tidak terjangkau. Saya berdoa agar harga gas dan listrik akan turun suatu hari nanti,” kata Nadeeka.

Meskipun inflasi telah turun menjadi 12 persen pada Juni dari 54 persen pada Februari 2023, pemerintah masih berjuang mengendalikan kenaikan harga-harga akibat pendapatan rumah tangga yang menyusut.

Orang-orang pun harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup. (#)

Yosi Arbianto