Sejarah Daerah Batu Malang (4): Desa Batu Ada Sejak Hindu-Buddha Abad 10

prasasti kubu kubu

Satu dari enam lempeng tembaga Prasasti Kubu Kubu yang disimpan di Museum Nasional. Ini adalah lempeng A recto. (Foto: dokumen Wijaya (2012) dalam Prasasti Kubu Kubu 827, Galih Abi Khakam dan Ninie Susanti (2014))

BATUKITA, Kota Batu - Pada saat Kerajaan Mataram Kuno/Medang Jawa Tengah diperintah oleh Sri Maharaja Rakryan Watukura Dyah Balitung, nama Desa Batu telah muncul. Drs Dwi Cahyono M.Hum dalam Sejarah Daerah Batu, Rekonstruksi Sosio-Budaya Lintas Masa (2011) menafsirkan, namanya saat itu adalah Desa Batwan, pengucapan dari Batu+an.

Urutan ceritanya dimulai sekitar 750 tahun semenjak berakhirnya masa prasejarah (prasejarah berakhir tahun 1 Masehi). Kala itu belum ditemukan jejak sejarah daerah Batu. Cerita daerah Batu di awal-awal masa sejarah sunyi sepi. Baru pada 760 Masehi, muncul cerita yang ditorehkan nenek moyang pada sebuah batu.

Jejak itu adalah prasasti Dinoyo atau piagam Dinoyo berangka tahun 760 Masehi. Disebut juga prasasti Kanjuruhan/Kanyuruhan/Kanuruhan. Dikeluarkan pada masa Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya Gajayana. Prasasti Dinoyo tidak ditemukan utuh. Saat ditemukan, kondisinya pecah menjadi tiga bagian, terpisah di tiga lokasi berbeda.

Bagian paling besar ditemukan di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Dulu masih Desa Dinoyo. Dua bagian lainnya ditemukan di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sebelumnya bernama Desa Merjosari.

Memang, prasasti Kanjuruhan tidak menyebut secara eksplisit daerah kekuasaannya. Daerah Batu juga tidak disebutnya. Namun, mengingat kedekatan jarak antara Desa Dinoyo dengan pusat Kota Batu, kemungkinan besar daerah Batu masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan. Drs Dwi Cahyono M.Hum menegaskan hal itu.

Ditafsirkan sekitar 150 tahun semenjak prasasti Dinoyo ditulis, Kerajaan Kanjuruhan menjalankan pemerintahannya secara otonom. Setelah itu, Kerajaan Kanjuruhan menjadi wilayah bawahan Mataram Kuno. Cerita berikutnya ini muncul dari prasasti tembaga (tamraprasasti) Kubu Kubu.

Menurut Damais dan Buchori (1985), lempengan Prasasti Kubu Kubu berasal dari situs Penampihan. Candi Penampihan ada di Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Prasasti Kubu Kubu berangka tahun saka 827 atau 17 Oktober 905 Masehi. Dikeluarkan Sri Maharaja Rakryan Watukura Dyah Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno/ Medang Jawa Tengah (disebut juga Kerajaan Balitung).

Pada awal abad ke-10 ini, Kerajaan Kanjuruhan harus takhluk kepada Kerajaan Mataram Kuno pimpinan Dyah Balitung. Akibatnya Kerajaan Kanjuruhan berubah menjadi kerajaan bawahan (vasal). Gelar pemimpinnya berganti Rakai Kanjuruhan. Dari proses ini, wilayah Batu tentu saja juga menjadi salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno (Balitung).

Dalam prasasti Kubu Kubu, nama Desa Batu telah muncul. Hanya saja namanya Desa Batwan. Dwi menegaskan boleh jadi Batwan dihubungkan dengan nama Batu karena Batwan merupakan bunyi ucap dari Batu+an.  Dalam prasasti Kubu Kubu, nama-nama desa, termasuk desa Batwan ada pada baris ke-5 lempeng C (recto) sampai baris ke-3 lempeng B (recto).

Meski ada yang menolak tafsir ini, namun pendapat bahwa Batwan ini ada di Jawa Timur (daerah Batu) dikuatkan oleh dua prasasti lain di Jawa Timur. Dwi menyebutkan prasasti Gunung Gaprang dan prasasti Leran Kulon (Tuban).

Nama Batwan ini juga kembali muncul dalam prasasti Gulung-gulung tahun 929 Masehi. Prasasti ini ditulis atas perintah Mpu Sindok di Medang/Mataram Kuno. Batwan dinyatakan sebagai salah satu desa tetangga dari Desa Gulung-gulung. Desa Batwan diundang dalam penetapan Desa Gulung-gulung sebagai perdikan (desa bebas/pengurangan pajak).

Nama Batwan juga kembali muncul dalam Negarakretagama (pupuh 78.5). Di situ dinyatakan pada masa Hayam Wuruk (1350-1389 Masehi), Desa Batwan dan Desa Batu berstatus sima bagi wangsa Wisnu. Adanya dua nama Batwan dan Batu ini ditafsirkan dua tempat yang berbeda tetapi berdekatan. Keduanya kemungkinan besar ada di daerah Kota Batu sekarang. (bersambung)

Penulis: Ardi Nugroho
Editor: Yosi Arbianto

Baca juga: